Pertemuan Tahunan ASEAN Smart City Network Digelar 12-13 Juli di Bali

Jakarta – Menteri Dalam Negeri RI Muhammad Tito Karnavian didaulat sebagai Welcome Remarks pada Pertemuan puncak tahunan keenam ASEAN Smart City Network (ASCN) di Bali pada 12-13 Juli. Acara tahunan ini mengupas berbagai permasalahan perkotaan mulai dari transportasi, hunian, pelestarian lingkungan, ketentraman dan ketertiban masyarakat yang menjadi masalah klasik di kota-kota saat ini.

“Setelah Pak Tito menyampaikan welcome remarks, disusul remarks oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Dr. Kao Kim Hourn. Kemudian pembukaan oleh saya dan Lim Chze Cheen dari Sekretariat ASEAN,” kataNational Representative (NR) ASCN Indonesia yang kuga bertundak selaku Chairman 2023, Safrizal ZA, Senin (10/7/2023) di Jakarta.

ASCN didirikan pada 8 Juli 2018 di Singapura sebagai platform kerja sama bagi kota-kota dari sepuluh Negara Anggota ASEAN dalam mewujudkan pembangunan perkotaan yang cerdas dan berkelanjutan dengan menggunakan teknologi sebagai pendukung.

Dijelaskan Safrizal yang juga Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, bahwa Kegiatan Annual Meeting ASCN 2023 ini akan akan dihadiri oleh delegasi dari sepuluh negara anggota ASEAN, antara lain ASCN National Representatives (NRs), Chief Smart City Officers (CSCOs), dan pejabat pendamping Sekretariat Jenderal ASEAN, serta berbagai instansi pemerintah dan sektor swasta dari mitra eksternal ASEAN.

Secara substantif, turut pula diisi oleh pembicara lain yakni Ngy Chanphal dari Kamboja, lalu Access Partnership yang mengupas Development of ASEAN Smart City Investment Toolkit dan sebagainya.

“Indonesia mengajak anggota ASCN untuk berkolaborasi mewujudkan kota cerdas yang berkelanjutan dan memiliki ciri khas kota cerdas ASEAN yang memenuhi kebutuhan warganya,” ajaknya.

Safrizal menjelaskan sebagai kota percontohan ASCN di Indonesia yakni DKI Jakarta, Kota Makassar dan Kabupaten Banyuwangi. Safrizal menambahkan, inti pembangunan perkotaan cerdas di Indonesia tidak melulu berorientasi pada pemutakhiran teknologi dan digitalisasi. Namun, penerapan pengelolaan perkotaan yang berfokus pada peningkatan kemampuan pemerintah untuk dapat memahami persoalan masyarakat, memberikan solusi serta kemudahan.

“Pembangunan perkotaan cerdas juga tidak harus mencontoh daerah/negara lain, karena setiap wilayah mempunyai tantangan dan karakteristik yang berbeda. Pemanfaatan digitalisasi bersifat sebagai _supporting system_ dan pendorong untuk mempercepat langkah-langkah yang harus diambil oleh pemerintah, dimana pandemi Covid-19 telah memberikan smpengalaman berharga betapa pentingnya transformasi digital,” tambah Safrizal.

Safrizal menekankan pentingnya kolaborasi dalam mewujudkan kota cerdas sesuai tujuan utama ASCN, yaitu untuk meningkatkan kehidupan warga perkotaan ASEAN, mengingat peluang dan tantangan yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan digitalisasi yang cepat. Hal itu dapat dicapai dengan lebih berfokus pada berbagai isu lebih spesifik yang berkembang di sektor perkotaan, seperti pemberdayaan UMKM, pengurangan emisi karbon, pembangunan berkelanjutan, transportasi terpadu, dan kemudahan berusaha.

“Sebagai keramahtamahan negara kita selaku tuan rumah, pada 13 Juli nanti seluruh delegasi akan diajak ke Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali. Desa adat ini dinobatkan sebagai Desa Terbersih di Dunia, memiliki hutan bambu yang jadi pelindung desa, dan dapat menjadi salah satu percontohan _smart village_ berbasis kearifan lokal”, tutup Safrizal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *